Monday 20 February 2012

Apakah mungkin Allah tidak berada di langit dan Allah tidak bertempat???

Barangkali saat ini masih ada yang bingung dengan keberadaan Allah. Merekapun bertanya dimana sich Allah sebenarnya? Kok kita punya Tuhan yang Maha Segala-galanya, tapi keberadaanNya tidak diketahui?! Sehingganya merekapun kadang berkomentar, “Tidak bisa dipahami bahwa ada yang maujud tapi tidak menempati satu tempat pun?”

Sebelum menjawab pertanyaan mereka, mari kita renungi dua ayat berikut:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Ayat ini dengan tegas menjelaskan bahwa Allah berbeda dengan makhluqNya.
Bukankah berdasarkan dalil naqly yang disebutkan diatas dan dalil `aqly menyatakan bahwa Allah adalah maujud yang berbeda dengan seluruh maujud yang lain? Jikalau kita sudah meyakini demikian, berarti kita bisa menegaskan bahwa zat dan sifat Allah berbeda dengan makhluq dan segala hukum yang berlaku antara Allah, Al Khaliq dengan manusia dan seluruh makhluq secara mutlaq. Tidak ada satu sisipun yang sama. Selanjutnya mari kita lihat ayat kedua:
أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
Pada ayat kedua ini dengan tegas menyatakan bahwa Allah tidak butuh kepada makhluQnya dan makhluqNya yang justru butuh kepadaNya.
Harus kita yakini bahwa Allah tidak pernah butuh kepada sesuatu apapun untuk menunjukkan wujudNya kepada makhluq. Bila manusia dan makhluq lainnya butuh tempat untuk mereka eksis dimanapun berada, berarti Allah tidak butuh kepada tempat. Karena Allah berbeda dengan seluruh makhluqNya, sebagaimana yang dijelaskan oleh ayat pertama dan Allah tidak butuh kepada `Arsy atau langit untuk bersemayam, berdasarkan kedua ayat.
Kemudian kita lanjutkan bertanya kepada mereka, apa yang dimaksudkan dengan “tidak bisa dipahami ini?”
Jikalau dimaksudkan bahwa maujud itu tidak bisa dikhayalkan dan tidak bisa digambarkan serta juga tidak bisa diilustrasikan oleh akal manusia, ini adalah benar. Karena maujud yang dimaksudkan ini (Allah) tidak tertangkap oleh ilustrasi manusia, demikian juga dengan khayal dan gambaran indra mereka. Kecuali maujud ini adalah sesuatu yang memiliki warna dan ukuran tertentu, seperti seluruh maujud yang lain. Sedangkan segala sesuatu yang tidak memiliki warna dan ukuran tertentu tidak bisa dikhayalkan oleh manusia.
Khayal itu sendiri bisa dihasilkan oleh manusia kecuali ketika dirangsang dan dihantarkan oleh objek pandangan mereka. Setiap orang bisa mengkhayalkan apa yang pernah dilihatnya. Tidak bisa dibenarkan, jikalau ada khayalan tapi tidak didahului oleh pandangan mereka terhadap objek-objek tertentu sebelumnya, dan daya khayal itu biasanya sesuai dengan apa yang pernah dilihat. Oleh karena itu daya khayal manusia tidak bisa menghasilkan sebuah khayalan, kecuali sesuai dengan apa yang pernah dilihatnya.
Seandainya mereka mendakwa bahwa “keberadaan maujud tanpa tempat ini tidak tercerna oleh akal, maksudnya tidak bisa dipahami dengan dalil-dalil akal manusia, dan ini adalah mustahil terjadi.”
Kita jawab kepada mereka: Allah adalah maujud yang berbeda dengan makhluqNya, Allah bukan maujud yang memiliki organ, ukuran dan warna tertentu, dan Allah tidak membutuhkan tempat, posisi dan arah tertentu sebagaimana layaknya makhluq. Oleh karena itu tidak bisa dipaksakan dalil-dalil akal agar keberadaan Allah masuk ke dalam wilayah dalil-dalil akal dan logis menurut akal fikiran mereka. Makanya satu hal yang tidak bisa ditolak, bahwa akal manusia mesti tunduk untuk mengimani Allah berdasarkan dalil-dalil yang mewajibkan kita untuk mengimani dalil-dalil tersebut dan tidak mungkin kita ingkari. Bukankah keberadaan alam kita yang maha indah, teratur dan menakjubkan ini membuktikan bahwa Allah itu pasti ada?! Tidak mungkin donk setetes mani bisa berubah dan berproses dengan sendirinya mulai menjadi janin, lahir menjadi seorang bayi, tumbuh menjadi seorang balita, dilanjutkan menjadi seorang remaja, meningkat dewasa, mengakhiri hidup dengan masa tua sebelum kembali keharibaan Allah, Tuhan kita?!
Seandainya dikatakan: “segala sesuatu yang tidak bisa dikhayalkan sebenarnya bersifat fiktif, tidak ada maujudnya secara fakta”
Jawaban: khayal itu sendiri bukankah juga fiktif? khayal itu sendiri tidak bisa dikhayalkan oleh manusia, beghitu juga dengan pandangan, tidak masuk ke dalam khayal manusia. Jikalau dikaji lebih lanjut, hakikat sifat ilmu Allah, sifat qudrah Allah, hakikat suara dan hakikat wewangian apapun juga tidak bisa dikhayalkan keberadaannya oleh khayal manusia, tapi semuanya ada! Seandainya kita minta seseorang untuk mencoba mengkhayalkan wujud realita dari suara, apakah mereka bisa membuktikan hakikatnya?! Barangkali mereka bisa mencoba meneliti, membuktikan, menggambarkan dan memberikan statemen kepada kita bahwa suara itu memiliki ukuran x, masa x, warna x, bentuk x, membutuhkan medium x dan segala macamnya. Ketahuilah wahai orang-orang yang berakal bahwa semua yang mereka sampaikan itu tidak sesuai dengan realitanya, yang mereka lakukan hanyalah sebagai pendekatan pemahaman kepada kita!
Beghitu juga halnya dengan pelbagai sikap yang ditunjukkan oleh jiwa kita, apakah mereka bisa menunjukkan hakikat wujud dari rasa malu, khawatir, takut, cemas, rindu, marah, senang, sedih, kagum, kaget, dll.? Jikalau ada yang mendakwa bahwa hal itu tidak sulit diketahui hakikatnya, sangat mudah ditangkap oleh pengetahuan manusia, ketahuilah bahwa akalnya sebenarnya sedang tidak berfungsi dengan baik, dan ia telah mencoba membebani akalnya dengan hal-hal yang memang tidak bisa ditangkap oleh akalnya. Pada akhirnya –jikalau mau jujur- akalnya pun tetap tidak akan mengetahui hakikat dari pelbagai kondisi jiwa seperti yang dicontohkan diatas. Tapi pelbagai kondisi jiwa itu ada! SubhanaLlah, ternyata manusia beghitu sulit untuk mengetahui hakikat segala sesuatu yang ada pada dirinya sendiri, apalagi yang ada di luar diri mereka! Bukankah pada diri kita sendiri terdapat tanda-tanda kebesaran Allah?!
Jikalau kita sudah memahami pemaparan diatas, apakah mungkin kita akan mengingkari maujud yang wujud secara realita, namun tidak tertangkap oleh indra, ilustrasi dan daya khayal manusia?!
Semoga Allah memberikan kekuatan iman dan menunjukkan kita kepada kebenaran. Amiin
Barangkali saat ini masih ada yang bingung dengan keberadaan Allah. Merekapun bertanya dimana sich Allah sebenarnya? Kok kita punya Tuhan yang Maha Segala-galanya, tapi keberadaanNya tidak diketahui?! Sehingganya merekapun kadang berkomentar, “Tidak bisa dipahami bahwa ada yang maujud tapi tidak menempati satu tempat pun?”

Sebelum menjawab pertanyaan mereka, mari kita renungi dua ayat berikut:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Ayat ini dengan tegas menjelaskan bahwa Allah berbeda dengan makhluqNya.
Bukankah berdasarkan dalil naqly yang disebutkan diatas dan dalil `aqly menyatakan bahwa Allah adalah maujud yang berbeda dengan seluruh maujud yang lain? Jikalau kita sudah meyakini demikian, berarti kita bisa menegaskan bahwa zat dan sifat Allah berbeda dengan makhluq dan segala hukum yang berlaku antara Allah, Al Khaliq dengan manusia dan seluruh makhluq secara mutlaq. Tidak ada satu sisipun yang sama. Selanjutnya mari kita lihat ayat kedua:
أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
Pada ayat kedua ini dengan tegas menyatakan bahwa Allah tidak butuh kepada makhluQnya dan makhluqNya yang justru butuh kepadaNya.
Harus kita yakini bahwa Allah tidak pernah butuh kepada sesuatu apapun untuk menunjukkan wujudNya kepada makhluq. Bila manusia dan makhluq lainnya butuh tempat untuk mereka eksis dimanapun berada, berarti Allah tidak butuh kepada tempat. Karena Allah berbeda dengan seluruh makhluqNya, sebagaimana yang dijelaskan oleh ayat pertama dan Allah tidak butuh kepada `Arsy atau langit untuk bersemayam, berdasarkan kedua ayat.
Kemudian kita lanjutkan bertanya kepada mereka, apa yang dimaksudkan dengan “tidak bisa dipahami ini?”
Jikalau dimaksudkan bahwa maujud itu tidak bisa dikhayalkan dan tidak bisa digambarkan serta juga tidak bisa diilustrasikan oleh akal manusia, ini adalah benar. Karena maujud yang dimaksudkan ini (Allah) tidak tertangkap oleh ilustrasi manusia, demikian juga dengan khayal dan gambaran indra mereka. Kecuali maujud ini adalah sesuatu yang memiliki warna dan ukuran tertentu, seperti seluruh maujud yang lain. Sedangkan segala sesuatu yang tidak memiliki warna dan ukuran tertentu tidak bisa dikhayalkan oleh manusia.
Khayal itu sendiri bisa dihasilkan oleh manusia kecuali ketika dirangsang dan dihantarkan oleh objek pandangan mereka. Setiap orang bisa mengkhayalkan apa yang pernah dilihatnya. Tidak bisa dibenarkan, jikalau ada khayalan tapi tidak didahului oleh pandangan mereka terhadap objek-objek tertentu sebelumnya, dan daya khayal itu biasanya sesuai dengan apa yang pernah dilihat. Oleh karena itu daya khayal manusia tidak bisa menghasilkan sebuah khayalan, kecuali sesuai dengan apa yang pernah dilihatnya.
Seandainya mereka mendakwa bahwa “keberadaan maujud tanpa tempat ini tidak tercerna oleh akal, maksudnya tidak bisa dipahami dengan dalil-dalil akal manusia, dan ini adalah mustahil terjadi.”
Kita jawab kepada mereka: Allah adalah maujud yang berbeda dengan makhluqNya, Allah bukan maujud yang memiliki organ, ukuran dan warna tertentu, dan Allah tidak membutuhkan tempat, posisi dan arah tertentu sebagaimana layaknya makhluq. Oleh karena itu tidak bisa dipaksakan dalil-dalil akal agar keberadaan Allah masuk ke dalam wilayah dalil-dalil akal dan logis menurut akal fikiran mereka. Makanya satu hal yang tidak bisa ditolak, bahwa akal manusia mesti tunduk untuk mengimani Allah berdasarkan dalil-dalil yang mewajibkan kita untuk mengimani dalil-dalil tersebut dan tidak mungkin kita ingkari. Bukankah keberadaan alam kita yang maha indah, teratur dan menakjubkan ini membuktikan bahwa Allah itu pasti ada?! Tidak mungkin donk setetes mani bisa berubah dan berproses dengan sendirinya mulai menjadi janin, lahir menjadi seorang bayi, tumbuh menjadi seorang balita, dilanjutkan menjadi seorang remaja, meningkat dewasa, mengakhiri hidup dengan masa tua sebelum kembali keharibaan Allah, Tuhan kita?!
Seandainya dikatakan: “segala sesuatu yang tidak bisa dikhayalkan sebenarnya bersifat fiktif, tidak ada maujudnya secara fakta”
Jawaban: khayal itu sendiri bukankah juga fiktif? khayal itu sendiri tidak bisa dikhayalkan oleh manusia, beghitu juga dengan pandangan, tidak masuk ke dalam khayal manusia. Jikalau dikaji lebih lanjut, hakikat sifat ilmu Allah, sifat qudrah Allah, hakikat suara dan hakikat wewangian apapun juga tidak bisa dikhayalkan keberadaannya oleh khayal manusia, tapi semuanya ada! Seandainya kita minta seseorang untuk mencoba mengkhayalkan wujud realita dari suara, apakah mereka bisa membuktikan hakikatnya?! Barangkali mereka bisa mencoba meneliti, membuktikan, menggambarkan dan memberikan statemen kepada kita bahwa suara itu memiliki ukuran x, masa x, warna x, bentuk x, membutuhkan medium x dan segala macamnya. Ketahuilah wahai orang-orang yang berakal bahwa semua yang mereka sampaikan itu tidak sesuai dengan realitanya, yang mereka lakukan hanyalah sebagai pendekatan pemahaman kepada kita!
Beghitu juga halnya dengan pelbagai sikap yang ditunjukkan oleh jiwa kita, apakah mereka bisa menunjukkan hakikat wujud dari rasa malu, khawatir, takut, cemas, rindu, marah, senang, sedih, kagum, kaget, dll.? Jikalau ada yang mendakwa bahwa hal itu tidak sulit diketahui hakikatnya, sangat mudah ditangkap oleh pengetahuan manusia, ketahuilah bahwa akalnya sebenarnya sedang tidak berfungsi dengan baik, dan ia telah mencoba membebani akalnya dengan hal-hal yang memang tidak bisa ditangkap oleh akalnya. Pada akhirnya –jikalau mau jujur- akalnya pun tetap tidak akan mengetahui hakikat dari pelbagai kondisi jiwa seperti yang dicontohkan diatas. Tapi pelbagai kondisi jiwa itu ada! SubhanaLlah, ternyata manusia beghitu sulit untuk mengetahui hakikat segala sesuatu yang ada pada dirinya sendiri, apalagi yang ada di luar diri mereka! Bukankah pada diri kita sendiri terdapat tanda-tanda kebesaran Allah?!
Jikalau kita sudah memahami pemaparan diatas, apakah mungkin kita akan mengingkari maujud yang wujud secara realita, namun tidak tertangkap oleh indra, ilustrasi dan daya khayal manusia?!
Semoga Allah memberikan kekuatan iman dan menunjukkan kita kepada kebenaran. Amiin

No comments:

Post a Comment

.comments { clear: both; margin-top: 10px; margin-bottom: 0px; line-height: 1em; } .comments .comments-content { font-size: 12px; margin-bottom: 16px; font-family: Verdana; font-weight: normal; text-align:left; line-height: 1.4em; } .comments .continue a, .comments .comment .comment-actions a { display:inline; font-family:Arial, Helvetica, sans-serif; font-size:12px; padding: 2px 5px; text-decoration: none; text-shadow:0 1px 1px rgba(0,0,0,.3); color:#FFF; -webkit-box-shadow: 0 1px 2px rgba(0,0,0,.2); -moz-box-shadow: 0 1px 2px rgba(0,0,0,.2); box-shadow: 0 1px 2px rgba(0,0,0,.2); -webkit-border-radius: 3px; -moz-border-radius: 3px; border-radius: 3px; margin-right: 10px; border: 1px solid #3079ED; background: #0066FF; background: -webkit-gradient(linear, left top, left bottom, from(#0099FF), to(#009999)); background: -moz-linear-gradient(top, #0099FF, #009999); filter: progid:DXImageTransform.Microsoft.gradient(startColorstr='#0099FF', endColorstr='#009999'); } .comments .continue a:hover, .comments .comment .comment-actions a:hover { text-decoration: none; background:#0099FF; background: -webkit-gradient(linear, left top, left bottom, from(#009999), to(#0099FF)); background: -moz-linear-gradient(top, #009999, #0099FF); filter: progid:DXImageTransform.Microsoft.gradient(startColorstr='#009999', endColorstr='#0099FF'); } .comments .continue a:active, .comments .comment .comment-actions a:active { position: relative; top:1px; background: -webkit-gradient(linear, left top, left bottom, from(#0066FF), to(#0099CC)); background: -moz-linear-gradient(top, #0066FF, #0099CC); filter: progid:DXImageTransform.Microsoft.gradient(startColorstr='#0066FF', endColorstr='#0099CC'); } .comments .comments-content .comment-thread ol { list-style-type: none; padding: 0; text-align: none; } .comments .comments-content .inline-thread { padding: 0.5em 1em 0 1em; } .comments .comments-content .comment-thread { margin: 8px 0px 0px 0px; } .comments .comments-content .comment-thread:empty { display: none; } .comments .comments-content .comment-replies { margin-top: 1em; margin-left: 40px; font-size:12px; } .comments .comments-content .comment { padding-bottom:8px; margin-bottom: 0px } .comments .comments-content .comment:first-child { padding-top:16px; } .comments .comments-content .comment:last-child { border-bottom:0; padding-bottom:0; } .comments .comments-content .comment-body { position:relative; } .comments .comments-content .user { font-style:normal; font-weight:bold; } .comments .comments-content .user a { color: #444; } .comments .comments-content .user a:hover { text-decoration: none; color: #555; } .comments .comments-content .icon.blog-author { width: 18px; height: 18px; display: inline-block; margin: 0 0 -4px 6px; } .comments .comments-content .datetime { margin-left:6px; color: #999; font-style: italic; font-size: 11px; float: right; } .comments .comments-content .comment-content { font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12.5px; line-height: 19px; } .comments .comments-content .comment-content { font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12.5px; line-height: 19px; text-align:none; margin: 15px 0 15px; } .comments .comments-content .owner-actions { position:absolute; right:0; top:0; } .comments .comments-replybox { border: none; height: 250px; width: 100%; } .comments .comment-replybox-single { margin-top: 5px; margin-left: 48px; } .comments .comment-replybox-thread { margin-top: 5px; } .comments .comments-content .loadmore a { display: block; padding: 10px 16px; text-align: center; } .comments .thread-toggle { cursor: pointer; display: inline-block; } .comments .comments-content .loadmore { cursor: pointer; max-height: 3em; margin-top: 3em; } .comments .comments-content .loadmore.loaded { max-height: 0px; opacity: 0; overflow: hidden; } .comments .thread-chrome.thread-collapsed { display: none; } .comments .thread-toggle { display: inline-block; } .comments .thread-toggle .thread-arrow { display: inline-block; height: 6px; width: 7px; overflow: visible; margin: 0.3em; padding-right: 4px; } .comments .thread-expanded .thread-arrow { background: url("data:image/png;base64,iVBORw0KGgoAAAANSUhEUgAAAAc AAAAHCAYAAADEUlfTAAAAG0lEQVR42mNgwAfKy8v/48I4FeA0AacVDFQBAP9wJkE/KhUMAAAAAElFTkSuQmCC") no-repeat scroll 0 0 transparent; } .comments .thread-collapsed .thread-arrow { background: url("data:image/png;base64,iVBORw0KGgoAAAANSUhEUgAAA AcAAAAHCAYAAADEUlfTAAAAJUlEQVR42mNgAILy8vL/DLgASBKnApgkVgXIkhgKiNKJ005s4gDLbCZBiSxfygAAAAB JRU5ErkJggg==") no-repeat scroll 0 0 transparent; } .comments .avatar-image-container { float: left; overflow: hidden; } .comments .avatar-image-container img { width: 36px; } .comments .comment-block { margin-left: 48px; position: relative; padding: 15px 20px 15px 20px; background: #F7F7F7; border: 1px solid #E4E4E4; overflow: hidden; border-radius: 4px; -moz-border-radius: 4px; -webkit-border-radius: 4px; border-image: initial; }