Wednesday 5 October 2011

MENGAPA ADANYA MAZHAB DALAM ISLAM




Sunnah (hadis), sebagaimana yang kita pahami, tidak datang sekaligus. Quran turun dalam waktu 20 tahun 2 bulan 20 hari. Ia tidak seperti wahyu yang turun kepada rasul-rasul, yang turun serentak, sekaligus habis. Tetapi kepada Rasulullah tidak. Semua orang sudah tahu hal ini. Kemudian karena waktu itu tidak ada tempat hendak ditulis, maka para sahabat menghafal. Apabila dia takut kurang hafal, dia cari benda seperti kulit-kulit kayu atau pelepah untuk ditulis. Pada waktu yang sama, hadis pun berlaku bahkan lebih banyak daripada ayat Al Quran. Tetapi Rasulullah tidak membolehkan untuk ditulis sebab Rasulullah takut tercampur Al Quran dan hadis itu. Nanti tidak tahu yang mana hadis dan yang mana Al Quran. Jadi di peringkat awal, para sahabat menghafal. Tuhan beri para sahabat akal yang tajam hingga bisa hafal Al Quran dan hadis.

Hadis-hadis yang sampai kepada para-para sahabat itu, tidaklah setiap sahabat dapat kesemuanya. Sebab tidak semua sahabat berada bersama dengan Rasulullah sepanjang waktu. Ada yang sebentar, ada yang lama. Ada yang berjumpa dan ada yang terpisah. Ada yang sibuk atau pergi jauh-jauh, kurang dapat hadis. Mereka yang duduk selalu dengan Rasulullah, banyaklah dapat hadis. Jadi sahabat-sahabat dapat hadis dari Rasulullah itu tidak sama. Ada yang sedikit dan ada yang banyak. Yang paling dapat banyak ialah Abu Hurairah. Sebab dia bukan pemimpin dan bukan pejuang yang sibuk tetapi seorang ahli abid. Dia seorang yang dhaif dan miskin. Banyak di masjid dan selalu bertemu Rasulullah maka banyaklah dia dapat hadis. Seperti Sayidina Abu Bakar, mungkin dapat puluhan hadis saja.

Jadi hadis pada zaman Rasulullah tidak dibenarkan dicatat, takut terkeliru sehingga tidak dapat bedakan mana ayat Al Quran dan mana Hadis. Itu sebagai sebab supaya Al Quran terpelihara. Sebab Allah beritahu dalam satu ayat, bahawa Al Quran itu terjamin kebenarannya. Tidak ada siapapun bisa merubah dan menambah. Terpelihara bukan saja ayat-ayatnya, bahkan huruf-hurufnya sekaligus. memang terbukti betul. Cuma ada sedikit masalah berkaitan Hadis.

Kemudian Al Quran dibukukan menjadi mushaf, menjadi kitab. Dengan 114 surah dan 6666 ayat dan 30 juz. Al Quran dibukukan di zaman Sayidina Usman menjadi khalifah. Sebab itu ia terkenal sebagai mushaf Usmani. Kemudian di zaman Sayidina Umar Abdul Aziz, diperintahkan oleh Umar Ibnu Aziz waktu itu untuk buat 5 salinan. Dihantar ke kota-kota besar di dunia iaitu di Madinah sendiri, di Iraq, Mesir dan lain-lain. Kemudian, sesudah lebih seribu tahun, barulah Al Quran dicetak. Cetakan pertama di Jerman. susah juga di negara orang kafir. Al Quran mula-mula dicetak di Jerman, sekitar 200 tahun yang lalu.

Tentang Hadis, mulai dibukukan secara serius, 300 tahun setelah zaman Rasulullah. Artinya bukan di zaman sahabat, bukan zaman tabiin tetapi zaman tabiut tabiin. Ada satu kitab hadis yang awal sekali, yang ditulis oleh seorang ulama besar iaitu Imam Malik yaitu Mawattho’. Mengandung lebih 7000 hadis. Ini kitab hadis yang pertama. Tetapi itu tidak mencukupi. Kenapa? Hadis berjuta banyaknya. Mana cukup. Sebab itu, setelah 300 tahun, dikaji lagi. Itupun yang ditulis oleh Imam Malik, belum disaring. Hanya ditulis saja tetapi belum dikaji. Mungkin bercampur dengan kata-kata sahabat. Oleh itu, setelah 300 tahun, ia dikaji ulang.

Datanglah imam-imam yang terkenal seperti Imam Bukhari, Tarmizi, Abu Daud, Ibnu Majah, Ibnu An-Nasa’i dan lain-lain. Ada 6 kitab hadis yang terkenal. Yang paling populer Hadis Bukhari. Setelag itu hadis Muslim. Kemudian barulah diikuti oleh Ibnu Majah dan Ibnu An-Nasa’i. Kebanyakan mereka ini orang Uzbekistan. Tidak ada seorang pun orang Arab. Pembuku-pembuku hadis tidak ada seorang pun dari kalangan orang Arab. Kebanyakan orang Uzbekistan. Imam Bukhari saja telah mencatat tidak kurang 600,000 hadis. Sebenarnya lebih banyak.. Dari 600 000 itu, hanya 7000 yang sahih. Waktu itu transportasi amat susah. Imam Bukhari naik unta menjelajah seluruh negara Arab.

Sesudah 700 tahun hadis dibukukan, tentulah keadaannya membingungkan. Mungkin ada yang Hadis dan yang bukan Hadis. Oleh karena sudah 700 tahun hadis dibukukan dan sudah banyak perkara yang begitu lama, maka orang-orang jahat dan orang-orang yang hendak menyesatkan Islam ada peluang untuk memasukkan yang bukan-bukan. Banyak pula tukang karang Hadis lalu dicampur aduk. Jadi Imam Bukhari sangat ketat syaratnya dalam menerima Hadis. Syaratnya sangat ketat. Dia pernah menemui seseorang untuk mendapatkan hadis tetapi dia mendapati orang itu telah berpura-pura menabur makanan untuk memanggil binatang ternakannya. Hanya karena berbohong dengan binatang, dia cancel hadis itu. Dia tidak terima hadis dari orang itu. Dari 600 000 hadis yang dihafal, yang dianggap sahih hanya 7000. Kalau seseorang itu dilihat seperti tidak bisa dipercayai walaupun sedikit, hadis itu tidak akan diterima. Tapi Imam-imam lain agak longgar sedikit. Sebab itu sampai beratus-ratus ribu hadis yang disahkan.

Hadis ada bermacam-macam derajat Ada hadis Sahih, hadis Mutawatir (banyak perawi yang menyatakan tentang hadis tersebut), hadis Hasan, hadis Dhaif, hadis Maudhu’. Hadis Maudhu’ ini bukan hadis tetapi direka-reka. Hadis Mutawatir adalah hadis yang tidak boleh ditolak, sangat sahih. Hadis Masyhur di bawah Hadis Mutawatir. Ada yang dikatakan Hadis Ahad. Sumbernya satu, satu jalan, satu line atau satu saluran. Setelah dikaji rawi-rawi sampai kepada Sayidina Abu Bakar, perawi itu orang yang sama. Seorang saja. Sumber lain tidak ada. Ada hadis yang banyak sumbernya dan banyak saluran.

Begitulah martabat hadis. Jadi hadis dibukukan setelah 300 tahun. Kemudian, ada mazhab. Mengapa timbul mazhab? Saya tidak hendak sebut mazhab-mazhab yang sesat. Sebab dalam Islam lahir 73 mazhab. Dari 73 mazhab itu, 72 mazhab sesat. Hanya satu saja yang dikatakan ahli sunnah wal jamaah. Dari situ menjadi 4 mazhab. Inilah mazhab yang sah, yang dianggap satu iaitu ahlisunnah wal jamaah. Kemudian ia berpecah kepada 4 Mazhab iaitu:

1. Mazhab Maliki
2. Mazhab Hanafi
3. Mazhab Hambali
4. Mazhab Syafi’i


Mazhab pertama yang lahir ialah Mazhab Maliki. Bahkan Mazhab ini terkenal dengan Mazhab ahlulhadis. Imam Maliki tidak mengembara, tidak ke luar negeri, duduk saja di Madinah, jadi dia banyak dapat hadis. Sebab itu Mazhab Maliki ini dikatakan Mazhab ahlul hadis.

Mazhab yang 4 ini dianggap satu, yang dikatakan mazhab yang berpegang pada ahlisunnah wal jamaah. Perbedaannya bab-bab furuq, bukan bab pokok. Bukan masalah-masalah aqidah, bukan masalah usuluddin. Hanya bab furuq seperti fiqh dan syariat. Ada kelainan sedikit-sedikit.

Perbedaan-perbedaan timbul karena:

1. IQ Imam Mazhab tidak sama

Imam-imam Mazhab ini tidak sama kecerdikannya. Ada yang sangat cerdik dan ada yang sederhana. Begitulah. Oleh karena faktor akal tidak sama, maka lahirlah pendapat-pendapat. Maka berbedalah pendapat antara satu sama lain. sebenarnya mazhab-mazhab ini ada 11 yang sah. Semuanya ahli sunnah wal jamaah. Selanjutnya mazhab Auza’i, Athauri, Mazhab Hasan Basri dan lain-lain lagi. Tetapi yang selain daripada mazhab yang 4 ini, tidak terkenal. Kitab tidak ada, buku sudah hilang. Hendak dijadikan bahan rujukan sudah tidak bisa. 4 mazhab ini ada kitab dan ada rujukannya. Cukup jelas karena semua ada kitab. Imam Syafie ada kitab yang besar iaitu Al Uum. Kembali memperkatakan mengapa lahir perbedaan. Pertama IQ tidak sama.

2. Hadis belum dibukukan untuk jadi rujukan
Waktu zaman Imam Mazhab ini, hadis belum dibukukan. Hadis dibukukan setelah 300 tahun. Sedangkan Imam-imam Mazhab sudah lahir di kurun pertama. Hadis belum dibukukan. Hanya berjumpa orang-orang yang hafal hadis. Jadi sebab yang kedua, setengah Imam Mazhab itu ada yang berjumpa hadis dan ada yang tidak berjumpa. Yang berjumpa, dia jadikan hujah, manakala yang tidak jumpa, dia tidak jadikan hujah. Di situ sudah berbeda. Itu sebab kedua.

3. Tidak semua Imam Mazhab menerima hadis yang sama
Sebab ketiga, masing-masing jumpa hadis yang sama, tetapi tidak semua menerima hadis itu. Mana yang anggap hadis itu sahih, dia terima. Yang anggap itu bukan hadis, dia tidak terima. Di sini berbeda lagi.

4.Berbeda penerimaan ayat Mansuh dalam Al Quran
Sebab yang keempat, dalam Quran, ada ayat yang mansuh dan ada yang nasikh. Ada setengah Mazhab tidak terima mansuhnya ayat Quran. Ada sesetengah mazhab menerima. Orang yang menerima pula tidak sama. Ada yang terima sekian-sekian ayat saja. Jadi mana yang menerima, menerima ayat yang mansuh. Manakala mazhab yang menerima ayat itu tidak mansuh, dia jadikan hujah. Mazhab yang sudah meanganggap ayat itu sudah mansuh, di situ dibatalkan hukumnya. Nasikh itu dibatalkan. Imam Mazhab yang menganggap hukum itu sudah dibatalkan, maka ia tidak dijadikan hujah. Sudah berbeda lagi

5. Berbeda pendapat dalam menghubungkan ayat Quran dan Hadis
Selain itu ayat Quran dan hadis, kadang-kadang satu sama lain itu nampak berlawanan. Kadang-kadang, nampak untuk khusus tetapi dimaksudkan untuk umum. Kadang nampak untuk umum tetapi maksudnya khusus. Ini susah. Masing-masing mengkaji, menilai bagaimana hendak menghubungkan. Bagaimana hendak gabungkan yang khusus jadi umum, yang umum jadi khusus. Ada juga yang khusus untuk khusus dan ada yang untuk umum. Di sini berbeda lagi. Ada yang mampu diselaraskan. Ada yang tidak mampu. Lahirlah pandangan-padangan yang berbeda.Inilah antara sebab-sebab yang besar, mengapa dalam satu mazhab yang besar, yaitu mazhab ahlisunnah wal jamaah, lahir lagi 4 firkah. Ada sedikit-sedikit perbedaan antara satu perkara.

Kedatangan pakar-pakar hadis adalah selepas kelahiran Imam Mazhab. Imam mazhab di lahir di kurun yang pertama. Pakar-pakar hadis di kurun yang ke 3. Tidak bertemu. Tetapi tiada siapa pun di kalangan pakar hadis itu yang membuat mazhab. Karena itu kebanyakan bermazhab Syafi’i. Mereka itu kebanyakannya bermazhab Syafi’i. Padahal hadis di kepala mereka. Bahkan ada di kalangan mereka yang hafal Al Quran. Artinya tempat rujuk ada pada mereka. Seharusnya mereka bisa dan mampu buat mazhab tetapi mereka tidak buat. Mereka bermazhab dengan mazhab Syafi’i.

Karena sekarang ini, orang sangat mudah menolak mazhab. Sedangkan pakar hadis pun bermazhab. Merujuk pada Mazhab Syafi’i. Jadi jangan mudah terpengaruh. Pakar hadis pun ikut mazhab. Masa kita tidak ikut mazhab sedangkan kita ini, satu ayat pun tidak Bisa faham. Apalagi beribu-ribu hadis.

Mengapa Kita Wajib Berrmazhab-sambungan

Memang tak ada perintah wajib bermadzhab secara shariih, namun bermadzhab wajib hukumnya, karena kaidah syariah adalah Maa Yatimmul waajib illa bihi fahuwa wajib, yaitu apa apa yang mesti ada sebagai perantara untuk mencapai hal yang wajib, menjadi wajib hukumnya.

Misalnya kita membeli air, apa hukumnya?, tentunya mubah saja, namun bila kita akan shalat fardhu tapi air tidak ada, dan yang ada hanyalah air yang harus beli, dan kita punya uang, maka apa hukumnya membeli air?, dari mubah berubah menjadi wajib tentunya. karena perlu untuk shalat yang wajib.

Demikian pula dalam syariah ini, tak wajib mengikuti madzhab, namun karena kita tak mengetahui samudra syariah seluruh madzhab, dan kita hidup 14 abad setelah wafatnya Rasul saw, maka kita tak mengenal hukum ibadah kecuali menelusuri fatwa yang ada di imam imam muhaddits terdahulu, maka bermadzhab menjadi wajib, Karena kita tak bisa beribadah hal hal yang fardhu / wajib kecuali dengan mengikuti salah satu madzhab itu, maka bermadzhab menjadi wajib hukumnya.


Sebagaimana suatu contoh kejadian ketika zeyd dan amir sedang berwudhu, lalu keduanya kepasar, dan masing masing membeli sesuatu di pasar seraya keduanya menyentuh wanita, lalu keduanya akan shalat, maka zeyd berwudhu dan amir tak berwudhu, ketika zeyd bertanya pada amir, mengapa kau tak berwudhu?, bukankah kau bersentuhan dengan wanita?, maka amir berkata, aku bermadzhabkan maliki, maka zeyd berkata, maka wudhu mu itu tak sah dalam madzhab malik dan tak sah pula dalam madzhab syafii, karena madzhab maliki mengajarkun wudhu harus menggosok anggota wudhu, tak cukup hanya mengusap, namun kau tadi berwudhu dengan madzhab syafii dan lalu dalam masalah bersentuhan kau ingin mengambilmadzhab maliki, maka bersuci mu kini tak sah secara maliki dan telah batal pula dalam madzhab syafii.

Demikian contoh kecil dari kebodohan orang yang mengatakan bermadzhab tidak wajib, lalu siapa yang akan bertanggung jawab atas wudhunya?, ia butuh sanad yang ia pegang bahwa ia berpegangan pada sunnah nabi saw dalam wudhunya, sanadnya berpadu pada Imam Syafii atau pada Imam Malik?, atau pada lainnya?, atau ia tak berpegang pada salah satunya sebagaimana contoh diatas..

Dan berpindah pindah madzhab tentunya boleh boleh saja bila sesuai situasinya, ia pindah ke wilayah malikiyyun maka tak sepantasnya ia berkeras kepala dengan madzhab syafii nya, Demikian pula bila ia berada di indonesia, wilayah madzhab syafi’iyyun, tak sepantasnya ia berkeras kepala mencari madzhab lain.

demikian saudaraku yang kumuliakan.,


Wallahu a'lam

1 comment:

  1. moga Allah merahmatimu , saya mahu menjalani peperiksaan beberapa hari lagi, dan sedang mencari sebab perbezaan mazhab, anda telah menerangkannya. terima kasih

    ReplyDelete

.comments { clear: both; margin-top: 10px; margin-bottom: 0px; line-height: 1em; } .comments .comments-content { font-size: 12px; margin-bottom: 16px; font-family: Verdana; font-weight: normal; text-align:left; line-height: 1.4em; } .comments .continue a, .comments .comment .comment-actions a { display:inline; font-family:Arial, Helvetica, sans-serif; font-size:12px; padding: 2px 5px; text-decoration: none; text-shadow:0 1px 1px rgba(0,0,0,.3); color:#FFF; -webkit-box-shadow: 0 1px 2px rgba(0,0,0,.2); -moz-box-shadow: 0 1px 2px rgba(0,0,0,.2); box-shadow: 0 1px 2px rgba(0,0,0,.2); -webkit-border-radius: 3px; -moz-border-radius: 3px; border-radius: 3px; margin-right: 10px; border: 1px solid #3079ED; background: #0066FF; background: -webkit-gradient(linear, left top, left bottom, from(#0099FF), to(#009999)); background: -moz-linear-gradient(top, #0099FF, #009999); filter: progid:DXImageTransform.Microsoft.gradient(startColorstr='#0099FF', endColorstr='#009999'); } .comments .continue a:hover, .comments .comment .comment-actions a:hover { text-decoration: none; background:#0099FF; background: -webkit-gradient(linear, left top, left bottom, from(#009999), to(#0099FF)); background: -moz-linear-gradient(top, #009999, #0099FF); filter: progid:DXImageTransform.Microsoft.gradient(startColorstr='#009999', endColorstr='#0099FF'); } .comments .continue a:active, .comments .comment .comment-actions a:active { position: relative; top:1px; background: -webkit-gradient(linear, left top, left bottom, from(#0066FF), to(#0099CC)); background: -moz-linear-gradient(top, #0066FF, #0099CC); filter: progid:DXImageTransform.Microsoft.gradient(startColorstr='#0066FF', endColorstr='#0099CC'); } .comments .comments-content .comment-thread ol { list-style-type: none; padding: 0; text-align: none; } .comments .comments-content .inline-thread { padding: 0.5em 1em 0 1em; } .comments .comments-content .comment-thread { margin: 8px 0px 0px 0px; } .comments .comments-content .comment-thread:empty { display: none; } .comments .comments-content .comment-replies { margin-top: 1em; margin-left: 40px; font-size:12px; } .comments .comments-content .comment { padding-bottom:8px; margin-bottom: 0px } .comments .comments-content .comment:first-child { padding-top:16px; } .comments .comments-content .comment:last-child { border-bottom:0; padding-bottom:0; } .comments .comments-content .comment-body { position:relative; } .comments .comments-content .user { font-style:normal; font-weight:bold; } .comments .comments-content .user a { color: #444; } .comments .comments-content .user a:hover { text-decoration: none; color: #555; } .comments .comments-content .icon.blog-author { width: 18px; height: 18px; display: inline-block; margin: 0 0 -4px 6px; } .comments .comments-content .datetime { margin-left:6px; color: #999; font-style: italic; font-size: 11px; float: right; } .comments .comments-content .comment-content { font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12.5px; line-height: 19px; } .comments .comments-content .comment-content { font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12.5px; line-height: 19px; text-align:none; margin: 15px 0 15px; } .comments .comments-content .owner-actions { position:absolute; right:0; top:0; } .comments .comments-replybox { border: none; height: 250px; width: 100%; } .comments .comment-replybox-single { margin-top: 5px; margin-left: 48px; } .comments .comment-replybox-thread { margin-top: 5px; } .comments .comments-content .loadmore a { display: block; padding: 10px 16px; text-align: center; } .comments .thread-toggle { cursor: pointer; display: inline-block; } .comments .comments-content .loadmore { cursor: pointer; max-height: 3em; margin-top: 3em; } .comments .comments-content .loadmore.loaded { max-height: 0px; opacity: 0; overflow: hidden; } .comments .thread-chrome.thread-collapsed { display: none; } .comments .thread-toggle { display: inline-block; } .comments .thread-toggle .thread-arrow { display: inline-block; height: 6px; width: 7px; overflow: visible; margin: 0.3em; padding-right: 4px; } .comments .thread-expanded .thread-arrow { background: url("data:image/png;base64,iVBORw0KGgoAAAANSUhEUgAAAAc AAAAHCAYAAADEUlfTAAAAG0lEQVR42mNgwAfKy8v/48I4FeA0AacVDFQBAP9wJkE/KhUMAAAAAElFTkSuQmCC") no-repeat scroll 0 0 transparent; } .comments .thread-collapsed .thread-arrow { background: url("data:image/png;base64,iVBORw0KGgoAAAANSUhEUgAAA AcAAAAHCAYAAADEUlfTAAAAJUlEQVR42mNgAILy8vL/DLgASBKnApgkVgXIkhgKiNKJ005s4gDLbCZBiSxfygAAAAB JRU5ErkJggg==") no-repeat scroll 0 0 transparent; } .comments .avatar-image-container { float: left; overflow: hidden; } .comments .avatar-image-container img { width: 36px; } .comments .comment-block { margin-left: 48px; position: relative; padding: 15px 20px 15px 20px; background: #F7F7F7; border: 1px solid #E4E4E4; overflow: hidden; border-radius: 4px; -moz-border-radius: 4px; -webkit-border-radius: 4px; border-image: initial; }