Monday, 16 January 2012
ZIKIR PARA ARIF BILLAH MENGGETARKAN ARSY
Hai manusia! Ketika dikatakan kepadamu untuk berzikir kepada Allah, maka bersegeralah engkau untuk berzikir kepada Nya. Karena Zikirmu kepada Nya akan membawamu lebih dekat lagi kepada Nya, dan zikirmu itu akan menggetarkan Arsy Tuhan mu sehingga para Malaikat Arsy bertanya-tanya ; ada apa ini ? begitu diketahui bahwa ada seseorang yang berzikir kepada Allah maka bersegeralah para Malaikat Bertasbih, bertahmid, bertahlil dan bertkbir seraya meohonkan Do’a ke Hadirat Allah untuk kebaikan dan ke’afiatan orang yang tenggelam di lautan zikir.
Hai Manusia! Ketahuilah olehmu bahwa tidak ada amalan yang paling disukai Allah dan yang lebih utama selain Zikrullah. Sebagaimana yang di Firmankan Allah :
“Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS, Al ‘Ankabuut : 45)
Tanamkan dihatimu bahwa apabila engkau berzikir kepada Allah (Ingat kepada Allah), maka sesungguhnya Allah hadir sertamu dan mengetahui apa yang kamu kerjakan. Karena itu apabila engkau berzikir kepada Allah maka sucikanlah jiwamu terlebih dahulu. Bukankah Allah Maha Suci? Dan pantaskah engkau menghadap kepada Nya dengan Jiwa yang belum tersucikan?
Sungguh! Kesucian jiwa itulah yang akan menjadi saksi bagi mu tatkala engkau berzikir. Tanpa jiwa yang tersucikan maka zikirmu kepada Allah bukan mengantarkanmu dekat kepada Nya akan tetapi akan membuatmu semakin jauh dengan Allah.
Zikir (ingat)mu kepada Allah tatkala di dasari oleh jiwa yang kotor menyebabkan engkau berzikir bukan karena Allah tapi karena sesuatu selain Allah, lisan berzikir kepada Allah tetapi yang ada di hatimu bukan Allah melainkan sesuatu selain Allah. Bukankah pahala, surga, kedudukan, kemuliaan (karomah) dll itu adalah sesuatu selain Allah? Bukankah itu semua sesuatu yang datang dari pada Allah dan Bukan Allah! Lalu pantaskah engkau berzikir kepada Allah tetapi hadap hatimu kepada sesuatu selain Allah?
Jika engkau berzikir kepada Allah tetapi hatimu mengharapkan sesuatu selain Allah maka engkau berzikir bukan karena Allah tetapi karena menurutkan Hawa Nafsu (keinginan) di dirimu. Dan itulah suatu tanda bahwa jiwamu masih kotor dan belum tersucikan.
Sadarlah wahai Manusia! Hidup matimu hanya untuk Allah, sholat dan ibadahmu hanya bagi Allah seru sekalian Alam, bukan kepada yang lain selain Allah.
Firman Allah : “Katakanlah: sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS, Al An’aam : 162)
Hai manusia! Kesucian jiwa itu tidak akan engkau dapatkan sebelum engkau mengenal kepada Allah. Jika engkau kenal kepada Allah maka Allahlah yang akan mensucikan jiwamu. Kenalilah Allah hai manusia sebelum engkau menemui kematian, sebelum Sakaratul Maut menjemputmu. Jika engkau belum mengenal akan Allah sedangkan kematian itu telah datang kepadamu maka kerugianlah yang akan engkau dapatkan.
Firman Allah :
“Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)”.(QS, Al Israa’ : 72)
Buta berarti tidak melihat, tidak melihat berarti tidak akan kenal, jika tidak kenal bagaimana mungkin engkau bisa mengatakan cinta kepada yang engkau sendiri tidak mengenalnya dan tidak melihatnya. Jika sudah demikian tidaklah rasa cintamu kepada yang engkau sendiri tidak mengenalnya maka itulah yang dinamakan “CINTA BUTA”.
Rosulullah Saw bersabda : “Seseorang itu beserta dengan siapa yang ia cintai”.
Jika cintanya kepada Allah dan Rosul Nya karena mengenal kepada Allah dan Rosul Nya maka ia akan beserta yang ia cintai.
Tetapi jika ia mencintai sedangkan ia sendiri tidak kenal kepada yang dicintai, lalu kemanakah ia kembali? Dan beserta siapakah ia?
PILAR-PILAR TAUHID MENUJU KEBENARAN SEJATI
Di dalam Kehidupan ini segala sesuatunya serba berpasang-pasangan. Jika ada siang pasti ada malam, ada gelap dan ada terang, ada Laki-laki dan ada perempuan, ada benar dan ada salah, ada baik dan ada buruk, ada halal dan ada haram, ada untung dan ada rugi, ada langit dan ada bumi, ada surga dan ada neraka, ada hidup dan ada mati, ada Nyata dan ada Ghoib, ada Zahir dan ada Bathin, ada yang “ADA” dan ada pula yang “TIADA”, dll……dll……….dl. Juga termasuk dalam sifat pun berpasang-pasangan seperti ada suka dan duka, ada tangis dan tawa, ada marah dan sabar, dll……..dll……..dll.
Sempurnanya Hidup jika yang berpasang-pasangan itu ada pada diri manusia, dan kesempurnaan itu di dapatkan apabila sang diri bisa membawa diri pada jalur Tengah diantara keduanya…. Artinya tetap tegak pada yang mengadakan ke dua hal yang berpasang-pasangan itu yaitu Tuhan Seru Sekalian Alam (Allah Swt).
Dan itulah pentingnya…… Ketauhidan, agar manusia berjalan di muka Bumi ini dalam mengarungi Hidup senantiasa terpelihara dari sifat berlebih-lebihan dalam mengagung-agungkan sesuatu tanpa sadar bahwa hanya Sang Hyang Kuasa lah (Allah Swt) sebenar2nya yang memiliki ke Agungan itu.
Banyak yang terjebak dari segala sesuatu sifat yang berpasang-pasangan itu, dengan berambisi untuk mendapatkan tujuan itu hanya semata-mata untuk memuaskan Diri nya sendiri, begitu pula ada yang berusaha sekuat tenaga dengan mempertahankan dirinya agar terhindar dari segala sesuatu yang membuat dirinya merugi. Saya katakan….. bahwa itu semua tidak lah salah!!!!, dan baik sekali. Akan tetapi jika itu semua di sandarkan pada Daya Upaya nya sendiri dengan merasa bisa berbuat sesuatu maka itulah mereka-mereka yang terjebak oleh ke DIRI an/ke EGO an yang ada pada dirinya (Hawa Nafsu).
Terus bagaimana dengan yang mengatakan bahwa : di Al-Qur’an…bukannya sudah di Firmankan bahwa : Apabila yang baik-baik dan benar itu datang dari pada Allah dan yang tidak baik atau yang buruk-buruk datang dari diri sendiri..????, bahkan yang menyampaikan itu buka hanya satu dua orang tetapi setiap Ustadz-ustadz, Kyai, Syech dan Majelis-majelis Ulama pun mengatakan demikian…. Lalu apakah masih bisa di bantah…???!!!!
Sungguh… Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya, akan tetapi yang perlu di renungkan adalah bahwa yang datang dari pada Allah itu sudah pasti Benar adanya dan tidak ada keragu-raguan di dalamnya dan hal itu berlaku bagi mereka-mereka yang telah tumbuh kesadaran di dirinya bahwa Allah senantiasa menyertainya di setiap langkahnya dari buka mata sampai tutup mata kembali 24 jam sehari semalam. Jika Allah senantiasa menyertainya dimana pun ia berada tentunya Allah akan memelihara dirinya dari pada keburukan-keburukan dan perbuatan-perbuatan yang tidak baik dengan cinta kasih Allah atas dirinya. Dan kalau toh mereka itu lalai, bukan disebabkan ke DIRI an/ke EGO an (Hawa Nafsu) melainkan karena Fitrah dirinya memang dalam keadaan lupa. Tentunya Allah akan mengingatkan dirinya bahwa ia telah salah dan seketika itu akan membuat ia sadar bahwa kesalahan itupun datang dari pada Allah untuk mendidik ia tentang kebenaran dibalik kesalahan itu yang membuat dirinya semakin mengetahui akan Cinta Kasih Allah Amat sungguh-sungguh tiada taranya. Tentunya mereka itu adalah orang-orang yang telah tertanam pada dirinya ke Tauhidan yang sebenar-benarnya. Sehingga kesalahan yang terjadi atas dirinya karena kelalaiannya tadi bukan lah suatu hal yang buruk baginya melainkan suatu hal yang baik bagi dirinya, karena di dalamnya terdapat pelajaran-pelajaran dari Allah untuk di renungkan olehnya.
Adapun mereka yang tidak mengetahui akan ke Tauhidan itu, setiap waktunya dan setiap saatnya dalam ke adaan lalai karena ia merasa berbuat dengan daya upaya nya sendiri. Jangankan perbuatan-perbuatan atau kelakuan-kelakuan yang sudah nyata salah dan buruk, perbuatan baikpun, perbuatan yang benar pun seperti halnya menolong orang, baik dengan tamu, sopan santun, mencintai orang lain, bahkan termasuk amal ibadah sekalipun di dalam Sholatnya, Puasanya, Zakatnya, Hajinya, Wirid, Tasbih dll……..dll………dll……….., itu semua adalah BATIL, karena ia berbuat kebaikan itu di dasari oleh ke DIRI an/ke EGO an nya (Hawa Nafsu) dan itu semua terjadi karena ia lalai dari pada Kebenaran di balik ke DIRI an/ke EGO annya (Hawa NAfsu).
Jika demikian…… Sangat-sangat penting sekali Tahuid itu ya….????
BENAR..!!!!, Bahkan sangat berarti dan bermakna sekali dalam penerapan Hidup baik di Dunia maupun di Akhirat, agar tidak tertipu daya oleh ke DIRI an/ke EGO an (Hawa Nafsu) yang ada pada dirinya. Jadi intinya adalah…. Bahwa ke DIRIan/ ke EGO an (Hawa Nafsu) itu bukan hanya membawa dirinya kepada hal-hal yang tidak baik saja melainkan juga membawa dirinya kepada hal-hal yang baik dan benarpun dalam hidup baik dari segi sosial maupun dalam Amal Ibadah. Segala sesuatu pekerjaan atau perbuatan bila di dasari oleh ke DIRI an/ke EGO an (Hawa Nafsu), itu semua adalah BATIL. Dan itulah makna dari pada : “Kebaikan itu datang dari sisi Allah, dan keburukan itu datang dari diri sendiri”. Yang di maksud dengan diri sendiri adalah perbuatan yang dilakukan karena ke DIRI an/ke EGO an (Hawa Nafsu)nya. Dan itu di sebabkan karena ia senantiasa dalam ke adaan lalai dari pada Ketauhidannya kepada Allah. Sedangkan segala sesuatu selain Allah adalah BATIL dan tidak KEKAL.
‘
Allah Swt ber firman :
“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal”. (QS, An Nahl : 96)
‘
Katakanlah : “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah”. Katakanlah : “Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?”. Katakanlah : “Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah : “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”. (QS, Ar Ra’d : 16)
‘
Wahai Insan…!!!!,
Beratuhidlah engkau….. dalam Kehidupanmu, dalam Gerak dan Diammu, Dalam Tidur dan Jagamu, dalam Sehat dan Sakitmu dan di setiap hari dari buka mata sampai tutup matamu begitupun juga dalam Amal Ibadahmu agar engkau tiada tertipu oleh sesuatu apapun yang ada pada ke DIRI an/ke EGO an (Hawa Nafsu)mu. Cukuplah….. Allah sebagai penglihatanmu, pendengaranmu, penciumanmu, perkataanmu dan nyawamu, masuk didalam ketauhidan Allah yang meliputi tiap-tiap segala sesuatu.
Dan untuk masuk dalam Ketauhidan yang demikian, maka bermula dengan mengenal terlebih dahulu kepada Allah Swt lalu kemudian dapatlah mentauhidkan-Nya. Mengenal dengan sebenar-benarnya pengenalan yaitu tidak hanya sebatas Teori belaka tetapi lebih pada merasakan kehadiran Allah Swt dekat sekali pada dirimu dan meliputi yang di luar dirimu. Yaitu dengan Rasa Pengrasa lah engkau benar-benar merasakan kehadiran-Nya bukan dengan merasa-rasakan, sebab merasa-rasakan itu adalah hanya bermain di logika Akal semata yang masih suka menimbang-nimbang iya atau tidak, benar atau salah…..
Adapun Rasa Pengrasa itu terdapat pada KESADARAN DIRI, karena mengerti bahwa memang Allah senantiasa Hadir dari dulu sampai sekarang dan sampai akan datang di setiap waktu. Hadir bukan karena di Hadir-hadirkan tetapi memang sudah QIDAM/SEDIA dalam ke Hadirannya, itulah Ma’rifat yang sesungguhnya dan sebenar-benarnya yaitu MA”RIFATULLAH namanya.
Dan setelah masuk dalam MARIFATULLAH yang demikian lalu dalam Haqqul Yaqin (Kebenaran ke Yakinan) tertanam Ketauhidan yang Sejati di balik segala sesuatu yang berpasang-pasangan, seperti yang sudah di uraikan di atas mengenai Kehidupan ini segala sesuatunya serba berpasang-pasangan. Jika ada siang pasti ada malam, ada gelap dan ada terang dst….dst….dst…
Di dalam Ketauhidan yang Sejati disitulah KEBENARAN SEJATI yang terlepas dari sifat yang berpasang-pasangan namun meliputi yang berpasang-pasangan. Bukan “A” dan Bukan “B”, tetapi meliputi “A” dan “B”. Bukan “INI” dan “ITU”, tetapi meliputi “INI” dan “ITU”. Itulah Al-Haq Bil-Haq dalam Maqom Laa Maqom (tempat yang tiada bertempat).
Dan untuk berjumpa dengan KEBENARAN SEJATI itu maka haruslah dikenali dan dimengerti serta lebur dalam Rasa Pengrasa pada “PILAR-PILAR TAUHID”, yaitu :
- Tauhidul Af’al (Esa dalam Af’al/perbuatan Allah)
- Tauhidul Asma’ (Esa dalam Nama Allah)
- Tauhidus Shifat (Esa dalam Sifat Allah)
- Tauhiduz Zat (Esa dalam Zat Allah)
Lalu…… bisakah semua Insan sampai pada Ketauhidan yang demikian…?????
Bisakah dan mampukah diri yang penuh dengan dosa ini masuk dalam Tauhid yang demikian…?????
Bisakah dan sanggupkah diri yang bodoh ini memahami Tauhid yang demikian…?????
Jawabnya….. Allah tidak pernah menutup diri-Nya kepada siapapun juga, dan tidak pernah merahasiakan diri-Nya kepada siapapun juga. Karena Allah itu Amat Maha Nyata senyata-nyatanya dan Maha menyatakan tiap-tiap segala sesuatu. Jadi tidak ada yang mustahil bagi siapapun untuk sampai kepada-Nya, tinggal manusia nya saja untuk pertama kalinya dan awal-awal sekali sebelum menuju kepada-Nya dalam MA”RIFATULLAH dan TAUHIDULLAH agar berserah diri dengan sebenar-benarnya penyerahan dan menenggelamkan dirinya dalam penyerahan diri itu yaitu menyadari dengan sesadar-sadarnya bahwa dirinya “Laa… Hawla Wa Laa….Quwwata Illaa Billaahil ‘Aliyyil Adziiim”. Dan untuk masuk dalam kesadaran yang demikian maka jalannya dengan mengenal akan Hakikat Ruh. bisa di baca di : KESADARAN AKAN RUH AWAL MENGENAL ALLAH
Semoga Allah senantiasa membimbing Nur-Nya kedalam Hati kita semuanya dan menuntun kita untuk dapat berserah diri sepenuhnya dalam Penyerahan Diri “Laa… Hawla Wa Laa….Quwwata Illaa Billaahil ‘Aliyyil Adziiim”, yang pada akhirnya akan sampai kepada perjumpa’an dengan Allah Swt.
‘
Allah memberkati kita semuanya dan senantiasa beserta kita di mana pun kita berada.
Salam Taklim,
Pengembara Jiwa.
JALAN MENUJU MA’RIFATULLAH
Di dalam suatu dalil dikatakan bahwa :
“Awwaluddin Ma’rifatullah” (Awal mula seseorang itu beragama, ialah mengenal akan Allah)”.
Dimana seseorang itu wajib hukumnya untuk mengenal akan Allah sebagai langkah awal menuju kesempurnaan beragama. Tanpa mengenal Allah maka Ibadah apapun yang dilakukan bagaimana mungkin bisa dikatakan sampai sedangkan Tujuan nya saja tidak diketahui. Karena itu sangatlah penting sekali pengenalan akan Allah itu di dalam kehidupan ini. Dengan Mengenal akan Allah maka akan dirasakannya Manis Lezatnya ke imanan, dirasakan khusyuknya dalam Amal Ibadah serta Ketenangan Jiwa akan mengalir di dalam dirinya. Menjadikan Pribadi yang ikhlas, sabar, tawakkal serta Ridho dalam menjalani Hidup. Tentu tiada kebahagiaan yang melebihi daripada kebahagiaan para Arif billah/orang yang mengenal akan Allah
Seandainya Allah Swt membukakan akan rahasia keagungan para Arif billah, maka niscaya orang-orang akan tercengang dan terheran-heran serta takjub dibuatnya. Karena Nur yang meliputi diri para Arif billah itu akan memancar menembus sampai ke langit ketujuh. Karena itu lah Allah menutup akan diri para kekasih-kekasihNya itu, sehingga tidak ada yang mengetahui tentang dirinya melainkan hanya Allah dan mereka-mereka yang sama-sama telah sampai pada maqom Ma’rifatullah tsb.
Adapun Manusia-manusia itu untuk sampai kepada pengenalan akan Allah (Ma’rifatullah) maka terlebih dahulu ia haruslah mengenal dirinya yang sebenar-benarnya.
“Man ‘Arofa Nafsahu faqod ‘Arofa Robbahu” (Barang siapa yang mengenal akan dirinya yang sebenarnya niscaya kenal lah ia akan Allah).
Dan tahapan-tahapan yang harus dilalui adalah :
- Menundukkan Hawa Nafsu dengan memerangi kesyirikan, kekufuran, kemunafikan, kefasikan dan kemurtadan yang ada di dalam diri dengan menjauhi kesombongan, keingkaran terhadap kebenaran, kebodohan dan ketidak pedulian tentang kebenaran.
- Apabila ia telah berhasil di dalam memerangi Hawa Nafsunya tadi maka ia akan di anugrahi Hidayah/petunjuk kepada jalan yang di Ridhoi Allah Swt yaitu jalan menuju kepada Kebenaran Hakikat Muhammad Rosulullah Saw, serta dilengkapi ia dengan sifat-sifat Muhammad Rosulullah Saw yaitu Siddiq, Tabligh, Amanah dan Fathonah serta menjadikan ia Sami’na wa atho’na.
- Apabila ia tetap Istiqomah pada tahapan ke-1 dan ke-2 itu maka ia akan disesuaikan oleh Allah Swt dengan Hukum Sunatullah yang berlaku di dalam kehidupan ini. Maka tetapkanlah kesabaranmu di dalam Hukum Allah Swt itu. (Tawakkal/berserah diri kepada Allah dengan meyakini bahwa apa yang terjadi atas dirinya, itu semua Qudrat Iradat Allah Swt semata). Bersabarlah! Dan pasrahkanlah dengan sebenar-benarnya, dan berlaku kasih sayanglah kepada sesama Saudara Mu’min serta menjadilah Rahmat bagi Makhluk Allah Swt yang lain. Tetapi ingatlah!!!, sesungguhnya banyak di antara orang Mu’min Hamba-hamba Allah itu yang terlena di dalam tahapan ini, artinya mereka yang takjub dan hilang kesadaran dirinya karena sangat mempesonanya keindahan-keindahan dan kemuliaan-kemuliaan Allah Swt yang dinyatakan/ditampakkan oleh Allah berupa karomah-karomah membuat ia lupa akan Allah Swt yang menganugrahkan kelebihan-kelebihan itu sehinggan Karomah itulah yang menjadi maksud dan tujuannya. Lalu lupa ia kepada tujuan yang sebenarnya yaitu Allah Swt yang menurunkan Karomah itu. Maka jatuhlah ia kepada jurang kefasikan, kembali dikuasai oleh Hawa Nafsunya. “Laa Hawla wa Laa Quwwata Illa Billah………….”. Berhati-hatilah di dalam tahapan ini!!!!, tidak ada seorangpun yang selamat dalam tahapan ini melainkan mereka yang benar di dalam memasrahkan segala sesuatunya kepada Allah Swt, sehingga jadilah Allah sebagai penolongnya dan hanya Allah lah sebaik-baik penolong bagi orang-orang Mu’min.
- Kemudian apabila ia telah sampai kepada tahapan itu dengan selamat dan ia senantiasa di dalam kesabaran serta selalu berhati-hati di dalam Musyahadahnya (Penyaksiannya), maka akan tersingkaplah segala Kebenaran Hakikat Muhammad Rosulullah Saw dengan sendirinya tanpa ia memaksakan kehendaknya untuk menyingkap tirai itu. Artinya ; Kebenaran Hakikat Muhammad Rosulullah Saw itu sendiri yang akan datang menjemputnya untuk di bawa naik (Mi’raj) menuju Alam yang tiada Batas dan dihampirkannnya kepada Kebenaran yang membawa Rahmat yaitu Nurun Ala Nurin sumber segala hakikat-hakikat yang ada termasuk Hakikat Diri atau Hakikat Muhammad. Lalu timbul lah kecintaan yang amat sangat dalam kepada Muhammad Rosulullah Saw, rindu yang tiada habis-habisnya dan diwujudkannya di dalam gerak dan diamnya dengan Sholawat dan puji-pujian kepada Rosulullah Saw. Kecintaannya yang sangat dalam kepada Rosulullah Saw terasa nikmat sekali dirasakannya, sehingga tiada nikmat apapun yang dapat menyamai kenikmatan cinta Rosulullah Saw. Racun kerinduan rela dan ikhlas diminumnya karena kemabukkannya tiada bandingannya. Kemabukkan cinta itulah yang mengahantarkan dirinya kepada Robbul Izzati untuk berkasih-kasihan memadu cinta yang telah lama terpendam.
Dengan tahapan-tahapan itu akan sampai lah ia kepada Memandang Zat Maha Mutlak yang tiada tara keagungan dan kebesaran-Nya, yang Esa dalam ke Esa annya, dimana segala sesuatu bergantung kepada-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tiada satupun yang menyamai-Nya.
Ketika para Pecinta Allah sudah asyik di dalam pandang memandang, maka Allah akan mendudukan ia pada “Maqom Muroqobah” sebagai jalan terbukanya Tirai “Kebenaran Hakiki/Mukassyafaturrobbani”. Itulah Akhir dari pada pengembaraan dan perjalanan dan Itulah Puncak segala Puncak kenikmatan dan kebahagiaan.
Maka sampailah ia kepada Hakikat di atas Hakikat yaitu Zat Maha Mutlak yang tidak bisa di ganggu gugat dari segala apa pun tentang diri-Nya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Asyhadu Anlaa ilaa ha illallah Wa Asyhadu Anna Muhammadurrosulullah.
Subscribe to:
Posts (Atom)